Sabtu, 08 Oktober 2011

AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS DENGAN MENERAPKAN MEDIA INTERAKTIF PADA SISWA KELAS X SMA KRISTEN YPKPM AMBON



SKRIPSI







JOHN RAFAFI BATLOLONA
NIM. 2006-43-012




 














PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011

      PEMBIMBING I                                                                               PEMBIMBING II

Dr. I.H. Wenno, M.Pd                                                                          J. NIRAHUA. S.Pd, M.Pd
NIP : 197401252000121001                                                                NIP : 197411102002122002


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam, dan interaksi di dalamnya. Pada abad ke-20 ini fisika telah mengalami perkembangan yang pesat sekali. Dampak perkembangan fisika telah kita rasakan yaitu berupa perkembangan teknologi mutahir misalnya teknologi laser, semikonduktor, nuklir yang telah membuat revolusi besar dalam sejarah kehidupan manusia. Bukan saja itu, Fisika juga telah banyak menguakkan tabir-tabir misteri di alam ini (Surya, 1996: 3).
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati, dan tidak disukai oleh siswa-siswa. Kecendrungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka di mana mereka menemukan kenyataan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran  berat, dan serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui pendekatan matematis, hingga kegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan sangat teliti, dan cenderung membosankan.
Akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak mencapai hasil belajar fisika yang memuaskan. Seorang guru bertanggung jawab penuh untuk menarik minat siswa terhadap materi fisika sekaligus meningkatkan hasil belajar, dalam hal ini proses pembelajaran harus berjalan santai, tidak kaku, dan menyenangkan artinya siswa belajar fisika karena rasa senang terhadap pelajaran tersebut (Sugiharti, 2005: 1).
Slameto (2010: 2), menjelaskan bahwa belajar hanya berhasil jika si pembelajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Ini berarti cara belajar yang dimiliki oleh siswa dapat dimanfaatkan untuk menjadi kekuatan dirinya dalam menguasai pelajaran, sehingga terjadi interaksi dalam proses belajar mengajar.
Masalah proses belajar mengajar lebih ditekankan melalui bentuk kata-kata, kemudian orang lain berpikir untuk menggunakan berbagai media yang dapat dilakukan secara efektif, dan bervariasi dalam pengajaran, sehingga kegiatan belajar siswa tidak hanya bersumber dari guru, tetapi juga dapat melalui media. Hamalik (Arsyad, 2009: 13) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, dan rangsangan kegiatan pembelajaran, serta bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran, serta penyampaian pesan, dan isi pelajaran, sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara menarik, dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses, dan hasil belajar.
Setelah penulis berdiskusi dengan salah satu guru mata pelajaran fisika pada SMA Kristen YPKPM Ambon bahwa dari tahun ke tahun sampai sekarang sekolah tersebut memiliki keterbatasan fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran fisika. Pada sekolah tersebut tidak ada alat-alat untuk siswa melakukan praktikum atau melakukan eksperimen, sehingga keterampilan mereka dalam proses praktikum sangat minim, dan mengakibatkan daya serap siswa tersebut dalam memahami materi yang diajarkan sangat minim. Untuk itu penulis ingin melakukan penelitian di sekolah tersebut kerena ingin memperkenalkan media pembelajaran multimedia interaktif kepada guru, dan siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif.
Penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang media pembelajaran multimedia interaktif. Penulis ingin melihat bagaimana hasil belajar siswa, dan respons siswa yang diajarkan dengan bantuan media multimedia interaktif. Selanjutnya, dengan media pembelajaran interaktif ini diharapkan dapat ditemukan pola belajar siswa yang lebih efektif untuk mengetahui berbagai kelebihan, dan kelemahan dari penggunaan media interaktif, sehingga hasilnya dapat diterapkan pada kondisi pembelajaran yang lain.
Materi listrik dinamis dipilih karena materi ini sering disajikan dengan metode ceramah, dan diskusi yang membuat siswa kurang memahaminya. Hal inilah yang membuat peneliti ingin memperkenalkan media pembelajaran interaktif kepada siswa, dan guru agar bisa lebih semangat dalam proses pembelajaran dapat terlaksana dengan hasil belajar siswapun memuaskan.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang : “Aktivitas, dan Pemahaman Konsep Listrik Dinamis dengan Menerapkan Media Interaktif pada Siswa Kelas X SMA Kristen YPKPM Ambon ”.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Bagaimana aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika dengan menerapkan media interaktif pada konsep listrik dinamis?
2.        Bagaimana hasil belajar yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif  pada konsep listrik dinamis?
3.        Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapakan media interaktif pada konsep listrik dinamis?

C.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif pada konsep listrik dinamis.
2.        Mendeskripsikan hasil belajar yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif pada konsep listrik dinamis.
3.        Mendeskripsikan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif pada konsep listrik dinamis.
D.     Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Manfaat Secara Teoritis
a.    Melaksanakan pengembangan media interaktif yang ditekankan pada aktivitas siswa, hasil belajar, dan respon siswa pada mata pelajaran fisika.
b.    Sebagai bahan uji coba sampai sejauh mana kebaikan media yang diterapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam upaya untuk melihat hasil belajar fisika siswa.
2.        Manfaat Secara Praktis
a.                                                                                                     Bagi Guru Mata Pelajaran Fisika
Hasil penelitian ini menjadi bahan renungan atau refleksi bagi guru mata pelajaran fisika di SMA Kristen YPKPM Ambon, kiranya selalu berusaha dan berupaya membenahi kegiatan pemebelajaran yang dilaksanakannya sesuai tuntutan kebutuhan siswa. Hal ini dapat dilakukan secara terus menerus dan dijadikan sebagai wujud aktivitas dalam mengajar, sehingga dengan demikian pembelajaran akan tepat sasaran yakni tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b.    Bagi Kepala SMA Kristen YPKPM Ambon
Penelitian ini diharapkan, Kepala SMA Kristen YPKPM Ambon mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran dengan media interaktif yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, serta berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dengan menggunakan media interaktif. Sehingga dijadikan pertimbangan demi memajukan hasil belajar fisika siswa.

E.  Ruang Lingkup

Untuk tidak salah dalam penafsiran masalah yang diteliti ini, maka peneliti membatasi hal-hal sebagai berikut:
1.    Materi yang diterapkan adalah konsep arus listrik dan beda potensial, persamaan Hukum Ohm dan hambatan, hambatan jenis suatu penghantar, hukum I kirchoff, dan rangkaian resistor seri paralel.
2.    Aktivitas yang diteliti, yakni berhubungan dengan mengajukan pertanyaan, mampu berargumentasi, dan mampu merumuskan kesimpulan.
3.    Respon yang diteliti, yakni berhubungan dengan format media yang digunakan, kualitas media, kejelasan media, dan ketertarikan siswa.
F.     Penjelasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan pemahaman terhadap beberapa istilah  yang digunakan dalam penelitian ini, perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
1.        Media interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis, dan menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Riyana, 2007 : 5).
2.        Aktivitas merupakan pendayagunaan asas keaktifan dalam proses belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan antara lain pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk nilai, serta sikap (Hamalik, 2009 : 90)
3.        Respon siswa adalah perilaku yang lahir sebagai hasil masuknya stimulus yang diberikan guru kepadanya atau tanggapan untuk memperlajari sesuatu dengan perasaan senang (Djamarah, 2006 : 19)
4.        Hasil Belajar atau scholastic achievement (academic achievement) keseluruhan kecakapan, dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai yang diukur dengan tes hasil belajar, dan yang lebih ditekankan disini pemahaman konsep yang dimaksud adalah hasil belajar siswa (Wenno, 2010 : 78)


 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian Belajar
Defenisi belajar banyak dirumuskan oleh para ahli bidang pendidikan. Menurut Gulo (1992: 73), belajar adalah seperangkat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai  kegiatan yang rumit. Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010: 2). Ide yang sama dikemukakan oleh Hamalik (2009: 36) yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh Kimble dan Garmezi (Djamarah, 2006: 10) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang  relatif permanen terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan pendapat di atas, Arsyad (2009: 1) menyatakan bahwa  belajar adalah suatu pola baru pada reaksi, berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian atau suatau pengetahuan.
Belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan seseorang. Dengan belajar, maka orang dapat memiliki pengetahuan dan  keterampilan dalam pengembangan diri, dengan belajar pula, maka proses perubahan tingkah lakupun dapat terjadi. Gagne (Wenno, 2010: 171) mendefinisikan belajar sebagai perubahan disposisi melalui usaha yang sungguh-sungguh dilakukan dalam waktu tertentu, dan bukan karena proses pertumbuhan. Dikatakan juga bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam tigkah laku yang secara potensial merupakan hasil dari pengalaman atau latihan.
Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interkasi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Selanjutnya Whittker (Djamarah, 2006: 12) menyatakan bahwa belajar sebagai suatu proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Hal yang sama juga dikatakan oleh Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga, sehingga dapat dikatakan bahwa balajar adalah serangkaian kegiatan jiwa, dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya, yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor siswa (Djamarah, 2006: 13).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha penguasaan ilmu pengetahuan, penemuan, informasi, dan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai akibat dari pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan hasil latihan atau pengalaman.

B.       Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah belajar. Menurut Gagne (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 14) proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Hasil belajar siswa menurut Sudjana, dan Ibrahim (1989: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengetahuan dari pengalaman belajarnya.
Pada hakekatnya hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yaitu gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan gerakan, keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif, serta interpatatif. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dari siswa setelah belajar, dan perubahan tingkah laku tersebut meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
Menurut Sudjana (2009: 23) mengemukakan bahwa ketiga ranah kognitif,               ranah afektif, dan ranah psikomotor menjadi objek penelitian hasil belajar. Ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.

C.      Aktivitas Belajar

Menurut Hamalik (2009: 90) mengatakan bahwa pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, system pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

1.        Jenis-jenis Ativitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D. Deirich (Sardiman, 2010: 101) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
a.       Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b.      Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c.       Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
d.      Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument music, mendengarkan siaran radio.
e.       Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f.       Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g.      Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h.      Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

2.      Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran

Menurut Hamalik (2009: 91) mengartikan bahwa penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:
1)        Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, 2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, 3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, 4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual, 5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, 6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa, 7)  Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme, 8)  Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

3.      Upaya Pelaksanaan Aktivitas dalam Pembelajaran
Menurut Hamalik (2009: 92) mengartikan bahwa asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni:
1)        Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelomok kecil, belajar independen.
2)        Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survey, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek, dan sebagainya.
3)        Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pembelajaran dilaksanakan dengan titik berat pada keaktifan siswa, dan guru bertindak sebagai fasilitator antara nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

D.   Media Pembelajaran

1.        Pengertian Media
Menurut Association of education and Communication Technolog (Arsyad, 2009: 3) media adalah segala bentuk, dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Menurut Gagne dan Briggs (Arsyad, 2009: 4) “media pembelajaran meliputi alat  yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, vidoe recorder, film, slide foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer”. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Salah satu ciri media pembelajaran adalah media membawa pesan informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengelolah pesan, dan respons siswa, sehingga media itu sering disebut media interaktif.
Berdasarkan  uraian  batasan  tentang  media  di  atas,  berikut  dikemukakan  ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
a.         Media  pembelajaran  memiliki  pengertian  fisik  yang  dewasa  ini  dikenal sebagai  hardware  (perangkat  keras),  yaitu  sesuatu  benda  yang  dapat  dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
b.        Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
c.         Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual, dan audio.
d.        Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
e.         Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi, dan interaksi guru, dan siswa dalam proses pembelajaran.
f.         Media  pembelajaran   dapat   digunakan   secara   massal   (misalnya:   radio, televisi), kelompok besar, dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP) atau perongan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, dan recorder)
g.        Sikap,  perbuatan,  organisasi,  strategi,  dan  manjemen  yang  berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

2.        Ciri-ciri Media Pembelajaran

       Gerlach & Erly (Arsyad, 2009: 11) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan yaitu:
a.    Ciri Fiksatif (Fixative Property); 
Ciri  ini  menggambarkan  kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan mengkonstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri ini sangat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
b.    Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
 Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media mempunyai ciri manipulatif. Kemampuan media dari ciri manipulasi  memerlukan  perhatian  sungguh-sungguh oleh  karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadiaan atau pemotongan  bagian-bagian  yang  salah,  maka  akan  terjadi  pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan bahkan menyesatkan, sehingga dapat mengubah sikap mereka kearah yang tidak diinginkan.
c.         Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu.
3.        Fungsi Media Pembelajaran
Secara umum menurut Zaenuri (1996: 15) media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1) Memperjelas penyajian pesan (dari konsep yang abstrak ke yang konkrit), sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalistis, 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, 3) Melalui penggunaan media pembelajaran secara tepat, dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. 4) Menyadari bahwa siswa mempunyai keunikan, namun   mereka   berada   dalam lingkungan, dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pelajaran ditentukan sama untuk semua siswa. Menghadapi hal ini guru mengalami kesulitan, apabila harus mengatasi sendiri.  Untuk  mengatasi  hal  ini  media  pembelajaran  dengan  kemampuannya dapat memberikan perangsang yang sama, dengan mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur, dan kontinyu bagi siswa. 6) Membantu tumbuhnya pengertian, dan dengan demikian akan membantu perkembangan kemampuan siswa. 7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu perkembangan secara efisien yang lebih mendalam, serta keseragaman dalam cara belajar. 8) Memberikan pengalaman yang menyeluruh, yang konkret lambat laun berintegrasi menjadi pengertian atau kesimpulan-kesimpulan yang abstrak.
Media pengajaran, menurut Kemp & Dayton (Arsyad, 2009: 11), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat, atau tindakan, (2) menyampaikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat, dan merangsang para siswa atau pendengar bertindak (turut bertanggung jawab, melayani secara suka rela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai,  dan emosi.
Untuk tujuan informasi, media pengajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi, dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Ketika mendengar, dan menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, dan senang.
Untuk tujuan instruksi, informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis, dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan, media pengajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan, dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa.

4.        Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum bermanfaat sebagai upaya untuk memperlancar interaksi dalam pembelajaran, dengan maksud untuk membantu siswa belajar secara optimal. Secara khusus menurut Kemp dan Dayton (Suwarna,  2006: 128)  manfaat  media  pembelajaran  adalah;  1).  penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan; 2). proses pembelajaran menjadi lebih menarik; 3). proses pembelajaran lebih interaktif; 4). jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi; 5). kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan; 6). proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja, dan kapan saja; 7). sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan; dan 8). peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif.
5.        Prinsip Memilih Media Pembelajaran

Kasmadi (Harjanto, 2003: 241) menyatakan bahwa dalam memilih media pendidikan perlu dipertimbangkan 4 hal yaitu a). produksi, b) peserta didik, c). Isi, dan d). guru.
Keempat pertimbangan tersebut dapat dijelaskan sebagai   berikut:
a.         Pertimbangan Produksi.
1)        Availability, tersedianya bahan. Media akan efektif dalam mencapai tujuan, bila tersedia bahan, dan berada pada sistem yang tepat.
2)        Cost (harga) yang tinggi tidak menjamin penggunaan menjadi  tepat,  demikian  sebaliknya  tanpa  harga  yang murah belum tentu penggunannya tidak berhasil. Keadaan media bukan dipengaruhi   oleh harga, tetapi sangat ditentukan oleh fungsi dari media tersebut.
3)        Physical  condition  (kondisi  fisik).  Misalnya  dengan  warna  yang buram, akan mengganggu kelancaran proses belajar mengajar.
4)        Accessibility to student  (mudah  dicapai)  maksudnya:  pembelian  bahan  (peralatan)  hendaknya yang  mempunyai  fungsi  ganda  atau  dwi  fungsi  yaitu:  guru  dapat menggunakannya, peserta didik juga akan semakin mudah mencerna pelajaran.
5)        Emotional  impact.  Dalam  pelaksanaan  pengajaran  dengan  menggunakan media harus mempunyai nilai estetika sebab akan lebih menarik untuk menumbuhkan motivasi.


b.             Pertimbangan peserta didik
1)        Student characteristics (watak peserta didik). Guru harus mampu memahami tingkat kematangan, dan latar belakang siswa. Dengan demikian guru dapat menentukan pilihan-pilihan media yang sesuai dengan karakter peserta didik, meliputi masalah tingkat kematangan peserta didik secara komprehensif (kesatuan menyeluruh).
2)        Student relevance (sesuai dengan peserta didik). Bahan yang relevan akan memberi nilai positif dalam mencapai tujuan belajar, pengaruhnya akan meningkatkan pengalaman siswa, pengembangan pola pikir, analisis pelajaran, hingga dapat menceritakan kembali (pelajaran yang diajarkan) dengan baik.
3)        Student involvement (keterlibatan peserta didik) bahan yang disajikan, akan memberikan kemampuan peserta didik, dan keterlibatan peserta didik secara fisik, dan mental (peran aktif peserta didik) untuk meningkatkan potensi belajar.
c.              Pertimbangan isi
1)        Curriculair-relevance. Penggunaan media harus sesuai dengan isi kurikulum, tujuannya harus jelas, dan perlu dengan baik.
2)        Content-soundness. Banyak bahan media yang sudah di program (software) siap pakai/bahan jadi seperti: film slide, sound slide, video cassette dan sebagainya, tapi kemungkinan bahan jadi tersebut belum tentu cocok, dan mungkin sudah tidak up to date atau sudah out of print, atau sudah ketinggalan jaman, sehingga tidak sesuai lagi.
3)         Presentation. Jika isi sudah sesuai dengan kebutuhan, perlu juga cara menyajikan yang harus benar.
d.   Pertimbangan guru
1)        Teacher-utilization. Guru harus mempertimbangkan dari segi pemanfaatan media yang akan digunakan, sebagai bahan pertimbangan, apakah digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok. Apakah yang digunakan media tunggal atau multi media, yang lebih penting  berorientasi  terhadap  tujuan  pendidikan.
2)        Teacher  peace  of  mind. Media yang digunakan mampu memecahkan masalah jangan malah menimbulkan masalah, maka perlu observasi, dan review bahan-bahan tersebut belum disajikan.

E.       Media Interaktif

1.        Pengertian Media Interaktif

            Menurut Riyana (2007: 5) multimedia interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis, dan menarik untuk mancapai kompetensi/subkompetensi mata pelajaran yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.
Dari  uraian di atas maka dapat diartikan bahwa multimedia interaktif dalam proses pembelajaran ,  dengan  kata  lain  untuk  menyalurkan  pesan (pengetahuan,  keterampilan  dan  sikap)  kepada siswa berupa materi yang ditampilkan dengan menggunakan media interaktif, dan komputer sebagai alat bantu sehingga diharapkan dapat  merangsang  piliran,  perasaan,  perhatian  dan kemauan  yang  belajar  sehingga  secara  sengaja  proses  belajar  terjadi, bertujuan  dan  terkendali.
       Selain itu itu juga Robin dan Linda (Suyanto, 2003: 21) mengartikan multimedia adalah alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis, dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, dan gambar video.
       Berdasarkan penjelasan pada jenis-jenis media pembelajaran, Seels & Glasgow (Arsyad, 2009: 33) mengelompokan media interkatif sebagai kelompok pilihan media teknologi mutakhir. Media teknologi mutakhir sendiri dibedakan menjadi (1) media berbasis telekomunikasi, missal teleconference, kulia jarak jauh, dan (2) media berbasis mikroprosesor, misal computer-assisted instruction, permainan komputer,  sistem tutor intelejen intelejen, interkatif, hypermedia, dan compact (video) disc.

2.        Pembagian Media Interaktif Berdasarkan Pengembangan Media

         Menurut Leshin, dan kawan-kawan (Arsyad, 2009: 82) media dapat dibagi menjadi (1) media berbasis visual, misal gambar, grafik, (2) media berbasis audio-visual, missalnya video dan audio-tape, (3) media berbasis komputer, misalnya komputer, dan video interaktif.
       Menurut Seels (Arsyad, 2009: 36) pembelajarn interaktif adalah suatu sistem penyampain pengajaran yang menyajikan materi video rekaman dengan pengendalian komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar, dan melihat video, dan suara, tertapi juga memberikan respon yang aktif, dan respon itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian.
        Media yang dimaksudkan disini adalah media visualisasi yang menggambungkan beberapa madia menjadi sebuah interface yang menarik, dan mampu memberikan tingkat pemahaman terhadap materi yang disajikan lebih baik. Media yang menggabungkan di dalamnya mencakup gambar/image, text, animasi, dan suara menjadi kompilasi media. Media interaktif banyak digunakan di dalam berbagai produk yang berhubungan dengan penggambaran/citra terhadap sebuah materi/objek, contohnya seperti company profile, madia pembelajaran, produk profil, media presentasi, dan berbagai aplikasi produk lainya. Media yang interaktif mampu memberikan  nilai tambah bagi pengguna dalam mengksplorasi materi yang ada di dalamnya, karena didukung oleh fungsi interektifitas antar halaman atau materi baik dari sisi content  atau isi maupun dari sisi tampilan interfacenya, features ini banyak digunakan dalam media pembelajaran di mana materi cukup besar, dan keterkaitannya cukup kompleks. Fungsi interaktifitas ini dapat diimplementasikan dalam kuis, games, maupun tampilan antar halaman. Pengertian Interaktif terkait dengan komunikasi 2 arah lebih dari komponen-komponen komunikasi.

F.       Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Media Interaktif

            Dalam proses pembelajaran dikelas, guru perlu memperhatikan sebagaimana pelaksanaan, seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Proses atau pelaksanaan program pembelajaran dengan menggunakan media interaktif menurut Arsyad (2009 : 46-47).
No
Metode dan Media
Teknik Tradisional (Kebiasaan)
Alternatif Media Interaktif
1.
Langkah Pembelajaran
Disediakan oleh guru dengan pengetahuan menyeluruh.
·      Struktur disediakan dan guru sebagai pembimbing.
2.
Masa pengajaran dan pembelajaran
Formal dalam kelas.
·    Formal dalam kelas
3.
Cara pembelajaran
Lebih kepada lisan. Gambaran yang dibuat oleh murid hanya kekuatan daya mengingat.
·     Guru membimbing dalam segala gambar animasi atau visual (situasi sebenarnya) yang dilakukan secara bergantian.
4.
Situasi pengajaran dan pembelajaran.
Bergantung pada kebolehan guru
·      Di bantu oleh media berdasarkan minat siswa.
5.
Pencapaian
Bergantung pada kebolehan guru dan kebolehan murid menerima pelajaran.
Berkala mengikuti pencapaian
·      Memberikan gambaran awal, berupa indikator tertentu sehingga siswa mudah menguasai suatu informasi.
6.
Pengujian
Berkala mengikuti pencapaian
·      Selepas pembalajaran, dilakukan tes kepada siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada (Mardalis, 2009: 26).

B.       Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian

1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Kristen YPKPM Ambon.
2.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah terhitung tanggal 19 Januari sampai dengan 19 Februari 2011
C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kristen Rehoboth Ambon yang terdiri dari 280 orang siswa dari 7 kelas.
2.      Sampel
Berdasarkan jumlah populasi, dari tujuh kelas yang berjumlah 280 siswa,  maka sampel yang diambil sebanyak 34 siswa, dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling (acak kelas). Menurut Nasution (2003: 2) adapun tujuan dari teknik pengambilan sampel secara random sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif, dan derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
D.    Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menerapkan media interaktif.

E.     Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Instrumen I)
Lembar pengamatan akifitas siswa selain membantu penulis dalam melihat akifitas siswa di dalam kelas dengan menggunakan media interaktif, juga lembaran ini dipakai dalam mengevaluasi aktivitas siswa dengan menerapkan media interaktif.
2.        Tes Hasil Belajar (Instrumen 2)
Tes hasil belajar digunakan untuk tes formatif. Soal tes ini terdiri dari 10 soal pilihan ganda. Adapun kisi-kisi instrumen penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 3.1





Tabel 3.1 Kisi – Kisi Instrumen Hasil Belajar Fisika
No
Komptensi Dasar
Indikator
Nomor Soal
Katagori
Bobot Soal
1.
5.1  Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana (satu loop).











1.    Menyebutkan  pengertian kuat arus listrik.
2.    Menyebutkan satuan sistem internasional (SI) dari kuat arus listrik.
3.   Menggambarkan grafik hubungan antara kuat arus dan beda potensial listik.
4.   Menyebutkan bunyi hukum Ohm
5.   Menyebutkan faktor-faktor hambatan jenis suatu kawat penghantar
6.   Menyebutkan sifat  dari isolator dan konduktor.
7.     Menyebutkan bahan-bahan yang termasuk dalam isolator dan konduktor
8.      Menyebutkan bunyi  Hukum I Kirchoff
9.      Menyatakan susunan hambatan seri
10.  Menentukan susunan rangkaian paralel elemen.

1



2



3




4



5



6



7

8

9

10

C1



C1



C3




C1



C1



C1



C1


C1


C1



C3




1



1



1




1



1



1



1


1


1



1



Jumlah
10
Keterangan : C1 = Pengetahuan, C2 = Pemahaman
3.        Angket Respons Siswa Terhadap Pembelajaran (Instrument 3)
Instrumen ini berupa angket yang diberikan kepada siswa pada akhir penelitian. Angket ini bertujuan untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Instrumen Respon Siswa
No
Aspek
Indikator
Nomor Butir
1.
Respon Siswa
Format Media
1, 2, 3, 4
2.
Kualitas media
1, 2
3.
Kejelasan Media
1, 2, 3
4.
Ketertarikan Siswa
1, 2, 3, 4, 5

F.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.        Observasi
Observasi atau pengamatan bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian tentang aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung mulai dari RPP 1 sampai dengan RPP 2 yang diamati oleh empat orang pengamat, yaitu guru fisika yang mengajar di SMA Kristen YPKPM Ambon, dan teman sejawat mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Unpatti. Ke empat pengamat menggunakan Instrumen yang sama, dan berada pada tempat yang mudah mengamati jalannya proses pembelajaran. 
2.        Tes
Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tes yang digunakan meliputi tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas, dan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis.
3.        Pemberian Angket
Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang respon siswa berupa angket terhadap kegiatan pembelajaran dengan cara menjawab sesuai dengan kriteria yang disediakan pada awal pernyataan, dengan kriteria sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR) tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Selama mengisi angket diasumsikan bahwa siswa mengisi angket dengan jujur dan tanggung jawab.
G.    Teknik Analisis Data
Data yang akan di analisis yaitu: ketuntasan tujuan pembelajaran yang dicapai, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan hasil respon siswa terhadap pembelajaran.
1.        Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Data tentang aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaran akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dalam bentuk persentase (%), yaitu banyaknya frekuensi tiap aktivitas dibagi dengan seluruh frekuensi aktivitas dikali 100. Hasil perhitungan menunjukkan kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa atau sebaliknya. Semakin tinggi persentase siswa dalam mengikuti pembelajaran, maka kualitas pembelajaran semakin baik.

2.        Hasil Belajar Siswa
Untuk menganalisis ketuntasan belajar tiap siswa digunakan statistik deskriptif yaitu :
a.         Menurut Usman, dkk (1993 : 151) untuk menghitung skor percapaian yang diperoleh setiap siswa dalam tes secara keseluruhan dengan rumus :
         Skor pencapain : jumlah skor yang diperoleh siswa / skor total x 100

a.         Data yang diperoleh, kemudian dimasukan ke dalam tabel konversi hasil belajar siswa, seperti tampak pada Tabel 3.3
Tabel 3.3. Kriteria Nilai Konversi

Tingkat Penguasaan
Kualifikasi
85  - 100

71  - 84
60  - 70
< 60
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang / Gagal
Sumber : KKM SMA Kristen YPKPM Ambon

1.    Pemberian Angket Respon Siswa
Menurut Wenno. (2010: 135) angket respons siswa ini dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang kemudian dinilai siswa dengan penilaian respons siswa dengan kualifikasi penilaian a) Sangat Setuju (SS), b) Setuju (S), c) Ragu-ragu, d) Tidak Setuju (TS), e) sangat Tidak Setuju (STS).
Menurut Riduwan (2003: 56), Skor yang telah diperoleh dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:     
        Persentase respon siswa :frekuensi siswa yang menjawab sesuai indikator / jumlah seluruh             siswa x 100

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.           Hasil Penelitian

1.             Deskripsi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Data kemampuan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar dapat dilihat melalui persentase aktivitas. Kualifikasi persentase pencapaian aktivitas siswa selama kegiatan belajara mengajar dapat digambarkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kualifikasi Persentase Pencapaian Aktivitas Siswa selama KBM
Pengamatan
Pertemuan I
Jumlah
Aspek yang diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
P1
3
4
4
5
11
9
5
5
1
47
P2
4
3
3
6
10
9
6
4
1
46
P3
3
3
4
5
10
8
5
4
1
43
P4
3
4
4
4
10
8
6
3
1
43
Rata-rata
3.3
3.5
3.8
5.0
10.3
8.5
5.5
4.0
1.0
44.75
Persentase
7.3
7.8
8.4
11.2
22.9
19.0
12.3
8.9
2.2
100

Pengamatan
Pertemuan II
Jumlah
Aspek yang diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
P1
4
4
4
5
10
10
5
5
0
47
P2
4
3
3
4
11
9
5
5
0
44
P3
4
4
3
3
10
9
4
4
0
41
P4
4
4
3
4
11
9
5
3
0
43
Rata-rata
4.0
3.8
3.3
4.0
10.5
9.25
4.8
4.3
0.0
43.75
Persentase
9.1
8.6
7.4
9.1
24.0
21.1
10.9
9.7
0.0
100
Keterangan: P1: Pengamat 1, P2: Pengamat 2, P3:Pengamat 3, P4: Pengamat 4.
\


Keterangan :
1.         Menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
2.         Mendengar, dan mencacat apa yang disampaikan guru.
3.         Memperhatikan arahan guru, dan mengambil posisi.
4.         Menanggapi pertanyaan/usul/kritik.
5.         Mengajukan pertanyaan/usul/kritik
6.         Mampu berargumentasi.
7.         Kecermatan mengamati.
8.         Merumuskan kesimpulan.
9.        Perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar.
Pada Tabel 4.1. terlihat bahwa hasil pencapaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran menunjukkan pada pertemuan pertama rata-rata penilaian  aktivitas siswa adalah 44,75 dengan kualifikasi persentase 100 %. Untuk pertemuan kedua rata-rata penilaian aktivitas siswa yang diamati oleh pengamat P1-P4 adalah 43,75 dan kualifikasi persentase 100%. Aktivitas siswa yang paling dominan selama proses pembelajaran adalah mengajukan pertanyaan/usul/kritik dengan persentase 22, 9 % untuk pertemuan I, dan 24,0 % untuk pertemuan II. Aktiviats siswa yang paling dominan kedua adalah mampu berargumentasi dengan persentase 19,0 % untuk pertemuan I, dan 21,1 % untuk pertemuan II.
2.        Deskripsi Hasil Belajar Fisika Siswa
Kualifikasi persentase pencapain siswa pada tes hasil belajar (tes formatif) yang dilakukan selama KMB dengan menggunakan media interaktif, seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kualifikasi Persentase Pencapaian Siswa pada Tes Hasil Belajar
Tingkat Penguasaan
Frekuensi
Persentase Pencapaian
Kualifikasi
85  - 100
71  - 84
60  - 70
< 60
13
15
6
-
38,24
44,11
17,65
-
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang/gagal
Jumlah
34
100

Sumber : Data Hasil Penelitian
Berdasarkan  Tabel 4.2 terlihat bahwa sebanyak 13 orang siswa (38,24%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik, 15 orang siswa (44,11%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi baik, dan 6 orang siswa (17,65%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada seorang siswa yang berkualifikasi gagal, dengan rata-rata persentase pencapaian tes hasil belajar adalah 77,35%, dapat dikatagorikan baik. Berdasarkan data hasil penelitian tes hasil belajar fisika siswa.
3.        Deskripsi Respon Siswa
Kemampuan respons siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 yang menunjukan rata-rata persentase pencapaian siswa dalam penilaian proses dari aspek respon siswa (Lampiran 7, hal 86).

Tabel 4.3. Kualifikasi Persentase Pencapaian Respon Siswa selama KBM
Indiktor
SS
S
RR
TS
STS
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
A.  Format Media
1.    Media sesuai dengan indikator pembelajaran
2.    Sistematika penyajian indikator mudah dipahami.
3.     Penekanan konsep sangat jelas.
4.     Penggunaan media mudah dipahami.



24



17



18


24


70,58



50



52,94


70,58


10



17



16


10


29,41



50



47,05


29,41


-



-



-


-


-


   
-



-


-


-



-



-


-


-



-



-


-


-



-



-


-


-



-



-


-
Rata-rata
20,75
61,03
13,25
36,76
-
-
-
-
-
-
B.  Kualitas media
1.     Penyajian animasi sangat menarik.
2.     Penyajian audio mendukung tampilan media



21


20


61,76


58,82


13


14


38,24


41,17


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-


-
Rata-rata
20,5
60,29
27
39,70
-
-
-
-
-
-
C. Kejelasan media
1.    Materi yang disajikan mudah dipahami.
2.    Gambar yang mendukung pemahaman materi.

3.    Teks dalam media mudah dipahami.





20




24


21






58,82




70,58


61,76


14




10


13


41,17




29,41


38,23


-




-


-


-




-


-


-




-


-


-




-


-


-




-


-


-




-


-

 Rata-rata
21,66
63,72
12,33
36,27
-
-
-
-
-
-
 D. Ketertarikan siswa.
1.    Belajar fisika menjadi lebih mudah menggunakan media ini.
2.    Belajar fisika menjadi lebih menarik menggunakan media ini.
3.    Belajar fisika menjadi lebih menyenangkan menggunakan media ini
4.    Belajar fisika menjadi lebih termotivasi menggunakan media ini.
5.    Belajar dengan menggunakan media ini dapat membantu saya lebih mengenal teknologi.



25



15





14



17






23



73,52



44,11





41,17



50






67,64



7



19





19



16






8



20,58



55,88





55,85



47,05






23,52



1



-





-



1






-



2,94



-





-



2,94






-



1



-





1



-






3



2,94



-





2,94



-






8,82



-



-





-



-






-



-



-





-



-






-
Rata-rata
18,8
55,28
13,8
40,57
0,4
1,17
1
2,94
-
-
Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, R = ragu-ragu, TS = tidak setuju,
        STS = sangat tidak setuju
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa persentase respon siswa untuk indikator A (Format media), : aspek 1 (media sesuai dengan indikator) terdapat 70,58% sangat setuju (SS) dan 29,41% setuju (S), aspek 2 (sistematika penyajian indikator mudah dipahami), terdapat 50% sangat setuju (SS) dan 50% setuju (S), aspek 3 (penekanan konsep sangat jelas), terdapat 52,94% sangat setuju (SS) dan 47,05% setuju (S), aspek 4 (penggunaan media sangan dipahami), terdapat 70,58% sangat setuju (SS) dan 29,41% setuju (S), terlihat bahwa untuk indikator A (format media), dari semua aspek yang dinilai, nyata bahwa semua siswa kelas penelitian dengan persentse respon siswa adalah 100% (katagori sangat setuju dan setuju) menunjukkan adanya respon positif dari berbagai aspek yang dinilai.
Persentase respon siswa untuk indikator B (Kualitas media) : aspek 1 (penyajian animasi sangat menarik), terdapat 61,76% sangat setuju (SS), dan 38,24 setuju (S), aspek 2 (penyajian audio), terdapat 58,82% sangat setuju (SS), dan 41,17% setuju S), terlihat bahwa untuk indikator B dari semua aspek yang dinilai, nyata bahwa semua siswa kelas penelitian dengan persentase respon siswa adalah 100% menunjukkan adanya respon positif dari berbagai aspek yang dinilai.
Selanjutnya persentase respon siswa untuk indikator C (Kejelasan media) : aspek 1 (materi yang sajian mudah dipahami), terdapat 58,82% sangat setuju (SS), dan 41,17 setuju (S), aspek 2 (gambar yang mendukung pemahaman materi), terdapat 70,58% sangat setuju (SS) dan 29,41 setuju (S), aspek 3 (teks dalam media mudah dipahami), terdapat 61,76% sangat setuju (SS) dan 38,23% setuju (S), terlihat bahwa untuk indikator C (kejelasan media), dari semua aspek yang dinilai, nyata bahwa semua siswa kelas penelitian dengan persentase respon siswa adalah 100% menunjukan adanya respon positif dari berbagai aspek yang dinilai.
Untuk indikator terakhir yaitu indikator D (Ketertarikan siswa) : aspek 1 (belajar fisika menjadi lebih mudah menggunakan media ini), terdapat 73% sangat setuju (SS), 20,58% setuju, 2,94% ragu-ragu(RR), dan 2,94% tidak setuju, aspek 2 (belajar fisika menjadi lebih menarik menggunakan media ini),  terdapat 44,11% sangat setuju (SS), dan 55,88% setuju, aspek 3 (belajar fisika menjadi lebih menyenangkan menggunakan media ini), terdapat 41,17% sangat setuju (SS), 55,85% setuju (S), dan 2,94% tidak setuju, aspek 4 (belajar fisika menjadi lebih termotivasi menggunakan media ini), terdapat 50% sangat setuju (SS), 47,05% setuju (S), dan 2,92% ragu-ragu (RR), aspek 5 (belajar dengan menggunakan media ini dapat membantu saya lebih mengenal teknologi), terdapat 67,64% sangat setuju (SS), 23,52% setuju (S), dan 8,82% tidak setuju. Dari data di atas maka pada indikator 5 saja tingkat keraguraguan 1,17% dengan kualifikasi respon antara positif ,dan negatif, 2,94% memberikan respon negatif untuk kualifikasi tidak setuju, dan 95,85% memberikan respon positif.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan media interaktif, memberikan hasil yang baik terhadap hasil belajar fisika siswa. Arsyad (2009: 81) menyatakan bahwa media interaktif disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar, dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Gollinck (2008: 427) menyimpulkan bahwa integrasi teknologi (salah satunya adalah media interaktif) yang berkelanjutan akan mengubah pendidikan. Integrasi teknologi (media interaktif) tidak mungkin terjadi, jika para guru tidak sungguh-sungguh membawa tekonolgi (salah satu contoh media interaktif) ke dalam kelas. Media interaktif dapat dianggap sebagai media pembelajaran yang membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya. Ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2009: 24), menyatakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran akan memberikan manfaat yaitu; meningkatkan rasa saling pengertian, dan simpati dalam kelas, membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa, membuat hasil belajar lebih bermakna pada berbagai kemampuan siswa, serta mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi, dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. Menurut Gagne (Yulaelawati, 2004: 79) Hal ini disebabkan karena pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa kejadian internal yang berkaitan dengan berbagai pengaruh kejadian eksternal.
Selain itu Sudjana dan Rivai (Wenno, 2010: 184)  menyebutkan penerapan media pengajaran (media interaktif) akan membuat pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa dan menumbuhkan motivasi belajar, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, berargumentasi, dan lain-lain.
Proses pembelajaran dengan menggunakan media interaktif juga akan memberikan kemudahan bagi siswa, terutama dalam mengingat materi yang diajarkan. Ini sesuai dengan pendapat Ardi (2008: 3) yang menyatakan pengembangan media interaktif, akan dapat menggali kemampuan individual siswa serta menimbulkan daya tarik, sehingga diharapkan dapat melahirkan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan prestasi dan hasil belajarnya.
1.        Aktivitas Siswa
Berdasarkan penelitian bahwa dengan menggunakan media interaktif aktivitas siswa semakin meningkat khususnya pada RPP 1 dan RPP 2 untuk aspek lima, dan enam yaitu; mengajukan pertanyaan/usul/kritik, dan mampu berargumentasi. Hal tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1) media pengajaran (media interaktif) yang diterapkan kepada siswa adalah media yang baru siswa kenal untuk itu memberikan kegairahan, dan ketertarikan siswa untuk belajar, berdasarkan kondisi real bahwa ketika siswa berada di rumah  cenderung untuk memanfaatkan media televisi maupun media komputer untuk malakukan aktivitas menonton, bermain game, dan lain-lain. Aktivitas ini merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dipungkiri. Ketika siswa menonton televisi berupa film maka sesuatu hal yang mereka lihat akan tersimpan dalam memori mereka, dan ketika diajak untuk bercerita maka semua hal yang mereka ingat akan dikeluarkan oleh kerena itu pendidik/calon guru sebagai salah satu tulang punggung pendidikan menyiapkan sejumlah cara untuk membawa siswa ke dalam pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, 2) materi yang diberikan berupa materi litrik dinamis yang sudah di set langsung ke dalam media pengajaran (media interaktif) dalam media tersebut media yang ditampilkan berupa media bergerak (animasi) jadi ketika arus listrik itu ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak maka siswa cederung untuk bertanya-tanya. Sesuai konsep bahwa arus listrik tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan tetapai dalam media intektif ini cenderung untuk menampilkan hal yang baru (siswa dapat melihat arus listrik mengalir). Keseluruhan dari kegiatan aktivitas untuk pertemuan pertama dan kedua menunjukan bahwa rata-rata penilaian aktivitas siswa sebesar 44,75 dan 43,75 dengan kualifikasi persentase 100%. Ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010 : 36), yang mengatakan bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda atau siswa yang akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. Hal fiktaktif yang lain juga adalah media khususnya media interaktif yang diterapkan kepada siswa merupakan hal baru bagi mereka, keinginan, rasa ingin tahu itu sangat besar, dan image atau gambar berupa animasi yang ditampilkan sangat baik sehingga timbulnya ketertarikan dalam diri siswa.
Hal yang kedua dalam aktivitas siswa adalah perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar, untuk pertemuan pertama; tiap kelompok hanya satu siswa saja yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar hal ini disebabkan karena ketidakseriusan guru untuk beradaptasi dengan lingkungan kelas. Selanjutnya pertemuan kedua perlaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar dari tiap kelompok sudah tidak ada lagi hal ini disebabkan karena guru telah berhasil mengatur, dan menguasi segala kegiatan belajar mengajar  yang ada di dalam kelas.
2.        Hasil Belajar Fisika Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ketersesuaian tes hasil belajar fisika siswa memiliki rata-rata skor pencapaian 77,35% kualifikasi baik, dan tingkat ketuntasan 100%. Hal ini disebabkan kerena media interaktif memberikan andil penting dalam pengajaran. Ketersesuain media yang diajarkan, gambar yang menarik, memberikan kontribusi yang baik bagi siswa untuk belajar, dan memberikan hasil yang baik bagi hasil belajar fisika siswa. Hamalik (2009: 159 ) mengatakan bahwa hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya, derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Wenno (2010: 78) hasil belajar atau sholatic achievement (academic achievement) adalah keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai yang diukur dengan tes hasil belajar.

3.        Respon Siswa
Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar mulai kualitas baik sampai sangat baik juga dapat ditunjukan melalui respon siswa berikut ini. Analisis hasil respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan angket yaitu respon siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan terlebih dahulu mengajarkan konsep listrik dinamis dengan menggunakan media interaktif menunjukan respon positif, dan respon negatif ditunjukan pada skala yang sangat kecil atas berbagai aspek yang dinilai. Ini jelas dari ungkapan siswa bahwa mereka sangat setuju,dan berminat  untuk belajar fisika dengan menggunakan media interaktif. Oleh karena itu Herbart (Djamarah, 2008: 19) dalam teori respon mengatakan bahwa orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai respon yang tersimpan dalam otaknya. Jika sejumlah respon diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukan kesan-kesan ke dalam otak, dan menjadikan orang pandai. Kesan dimaksudkan di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.
Kemp & Dayton (Arsyad, 2009: 21 ) mengatakan bahwa dari ketiga aspek yang diamati di atas maka keistimewaan/keunggulan media interaktif dibandingkan media media yang lainnya antara lain; 1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, 2)  Pembelajaran bisa lebih menarik, 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif, 4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, 5) Kualitas dapat ditingkatkan, 6) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari, 7) Peran guru dapat berubah ke arah yang positif.

Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan media interaktif pada siswa kelas X SMA Kristen YPKPM Ambon dianggap berhasil terutama dalam peningkatan hasil belajar fisika siswa khususnya pada materi listrik dinamis. Hal ini disebabkan karena media interaktif dapat mempengaruhi aktivitas dan respon siswa dalam proses pembelajaran fisika.
 
BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.        Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika dengan menerapkan media interaktif pada Konsep Listrik Dinamis terlihat bahwa hasil pencapaian aktivitas siswa selama proses pembelajaran menunjukkan pada pertemuan pertama rata-rata penilaian  aktivitas siswa adalah 44,75 dengan kualifikasi persentase 100 %. Untuk pertemuan kedua rata-rata penilaian aktivitas siswa yang diamati oleh pengamat P1-P4 adalah 43,75, dan kualifikasi persentase 100%.
2.        Hasil belajar yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif  pada Konsep Listrik Dinamis terlihat bahwa sebanyak 13 orang siswa (38,24%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik, 15 orang siswa (44,11%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi baik, dan 6 orang siswa (17,65%) mampu menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi cukup, dan tidak ada seorang siswa yang berkualifikasi gagal, dengan rata-rata persentase pencapaian tes hasil belajar adalah 77,35%. Ini menunjukan bahwa media interaktif memberikan kontribusi yang baik bagi pembelajaran fisika.
3.        Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media interaktif pada Konsep Listrik Dinamis terlihat bahwa dari semua aspek yang dinilai, menyatakan bahwa semua siswa memberikan respon yang positif baik untuk indikator pertama sampai pada indikator ke empat. Pada indikator lima saja tingkat keraguraguan 1,17% dengan kualifikasi respon antara positif, dan negatif, 2,94% memberikan respon negatif untuk kualifikasi tidak setuju, dan 95,85% memberikan respon positif.

B.       Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan saran sebagai berikut :
1.        Sebagai calon guru, dapat menggunakan media interaktif dalam mengajarkan materi listrik dinamis, dan tidak menutup kemungkinan untuk meteri-materi fisika lainnya, karena terbukti sangat berhasil membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar siswa.
2.        Pihak DISPORA Kota Ambon agar dapat melihat sarana penunjang belajar disekolah, khususnya sarana pendukung untuk proses pembelajaran karena siswa-siswi SMA Kristen YPKPM Ambon memiliki kemampuan dan dedikasi yang tinggi, serta tidak kalah dengan sekolah lain di Kota Ambon.
3.        Sekolah-sekolah, dan guru khususnya untuk mata pelajaran fisika yang ingin mengajarkan pokok bahasan listrik dinamis, agar memakai media Interaktif, ini sebagai alternatif media pembelajaran di SMA.



           




 


 
                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar